DIY | Menjelang Bulan Suci Ramadhan 1444 H, masyarakat Indonesia pada umumnya, dan masyarakat Jawa pada khususnya biasanya mengadakan acara tradisi Nyadran, sebuah kata yang berasal dari bahasa Sansekerta “Sraddha” (keyakinan). Berdasarkan sejarah & cerita tutur, Nyadran
merupakan hasil akulturasi budaya antara Islam dengan Jawa. Adapun tujuan dari acara Nyadran,
antara lain: mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia, mengingatkan diri bahwa semua
manusia pada akhirnya akan wafat, mempererat ikatan silaturahmi, dll.
Bertempat di Kg.D. (Kagungan Dalem) Kedhaton Kasuwargan Puralaya Imogiri, Bantul,
Yogyakarta, pada Hari Sabtu Legi, 11 Maret 2023, Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra
Padi) mengadakan acara Nyadran, yang dihadiri perwakilan Trah Diponegoro dari Jakarta,
Banyumas, Purworejo, dan Yogyakarta.

Peserta Nyadran berangkat dari Monumen Diponegoro (Mondip), nDalem Tegalrejo, Yogyakarta
tepat pada Pukul 08.20 WIB menuju Imogiri. Untuk diketahui, bahwa nDalem Tegalrejo
merupakan kediaman nenek buyut Bendoro Pangeran Haryo Diponegoro, yakni Gusti Kanjeng
Ratu Hageng/ GKR Tegalrejo (Permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono I), tempat di mana BPH
Diponegoro diasuh, dibesarkan dan dididik langsung oleh beliau. Hadir dalam acara ini, Perwakilan
Dewan Penasehat Patra Padi, yakni Bapak Danrem 072/Pamungkas Yogyakarta yang diwakili oleh
Bapak Kapten Inf Fektor Suyanto, Bapak Abdullah Umbu Abidin, S.Sos, beberapa tamu undangan,
Perwakilan Pengurus Patra Padi dan Kerabat Trah Diponegoro. Dalam sambutannya, Ketua Panitia
Bapak RM. Suryo Putro menyampaikan terima kasih dan selamat datang kepada peserta Nyadran. Kali ini, acara Nyadran dihadiri juga oleh Kangjeng Raden Riya Reksadipura selaku
Pangarsa Urusan Puralaya dan Raden Penewu Reksasastramisani sebagai Carik Urusan Puralaya.
Dalam kesempatan ini, Ketua Umum Patra Padi Bapak R. Rahadi Saptata Abra, berharap dengan
adanya acara ini, diharapkan kita dapat menjunjung nama leluhur dengan mendoakannya, dan
dapat mempererat silaturahmi.
Di Kedhaton Kasuwargan, bersemayam (diantaranya): pendiri Kraton Yogyakarta sekaligus Sultan
yang ke-1, yakni Sri Sultan HB I, Sri Sultan HB III (ayah dari BPH Diponegoro), GKR Ratu Tegalrejo,
R.Ay. Mangkarawati (istri ampeyan Sri Sultan HB III, ibunda BPH Diponegoro), R.Ay Diponegoro
(salah satu istri BPH Diponegoro), Patih Danurejo I (Patih Kraton Yogyakarta yang pertama).
Sebagaimana tema acara: “Menjunjung Nama Baik Leluhur & Memperkokoh Silaturahmi”, dengan
melestarikan Tradisi Nyadran ini, berharap kita dapat meneladani nilai-nilai kepahlawanan Sri Sultan
HB I dan BPH Diponegoro. (rls)
GIPHY App Key not set. Please check settings