pinggirtembok.com | Menikmati secangkir kopi atau teh tentunya tidak akan lengkap bila tidak ada cemilan atau makanan kecil untuk menemaninya, sangat cocok pada waktu istirahat untuk melepas lelah maupun disaat suasana pagi dan sore hari.
Di jaman sekarang ini jarang sekali di temukan panganan tradisonal, kecuali makanan kekinian. Biasanya terdapat dalam acara tertentu seperti acara pernikahan dan acara festival makanan tradisonal nusantara
Saat wartawan pinggirtembok.com melintas Raya Hankam Pondok Rajeg Kabupaten Bogor, terdapat jajanan tradisional yang kerap dicari-cari masyarakat dan diminati oleh pelanggannya, yaitu kue cucur.
Kue cucur merupakan salah satu jajanan tradisional yang cukup terkenal dengan rasa yang manis dan mudah cara pembuatannya. Namun, saat ini sudah jarang sekali untuk menemukan penjual kue berbentuk bulat ini.
Seperti salah satu pedagang kue cucur bernama Ariyanto, 35, yang hampir 10 tahun setia menjual kue cucur di jalan Raya Hankam Pondok Rajeg.
Pria asal Jawa Tengah, ini menjelaskan proses untuk membuat kue cucur. Adonan yang terdiri dari tepung beras, gula merah, gula putih, mentega, ini dicampur dan diaduk hingga halus
Selanjutnya panaskan minyak goreng dengan wajan kecil, lalu tuangkan adonan dengan satu sendok sayur, tunggu beberapa detik tak lebih dari satu menit. Diangkat dengan tusuk sate dan tiriskan.
Itulah proses pembuatan kue cucur yang dilakukan oleh Ariyanto. Setiap satu kue cucur, ia menjualnya dengan harga Rp1.000 saja.
Ariyanto mengungkapkan alasan menjual kue cucur di wilayah sini karena setiap hari banyak yang berlalu lalang,dan juga ini karena turunan orang tuannya.
“Jualan di sini sudah dari tahun 2010, ini usaha nerusin punya orang tua, jadi turun temurun,” ujarnya, (7/11/2020)
Ariyanto berjualan dari pukul 09.00 hingga 20.00 WIB, terkadang tidak sampai malam sudah habis dan meraih omset Rp 200 ribu perhari nya. Itu pun kata dia kalau sedang sepi pembeli. Jika sedang ramai, Ariyanto bisa meraih omset hingga Rp300 ribu.
“Selama pandemi ini omsetnya turun drastis yang bisa mencapai 300 ribu, untuk sekarang 100-150 ribu itu masih belum dipotong makan ( kotor) , tapi tetap bersyukur aja,” ucapnya.
Menurut Ariyanto, kue cucur masih banyak peminatnya. Bahkan ia pun mengaku memiliki pelanggan setia yang datang ke gerobak sederhananya ini setiap hari.
Ariyanto juga berharap agar bisa terus berjualan kue manis nan basah ini hingga akhir hayat keluarganya. “Pokoknya saya bakal terus berjualan kue cucur, dan semoga bisa memiliki cabang usaha. Karena sudah jarang yang jual kue cucur,” paparnya. (RA17)
GIPHY App Key not set. Please check settings