Jakarta | Duta Besar RI sekaligus Stafsus Program Prioritas Kemlu dan Co-Sherpa G20 Indonesia, Triansyah Djani menilai sinergi dan dukungan dari semua kalangan diperlukan dalam mendukung kesuksesan Presidensi G20 Indonesia. Khususnya dari kalangan media untuk dapat menciptakan opini positif dan konstruktif atas Presidensi G20 Indonesia.
Dalam webinar bertajuk ‘Sinergi Media’ yang diselenggarakan TVRI pada Kamis (24/2), Djani mengatakan Presidensi G20 Indonesia merupakan perhelatan yang penting dan membawa banyak manfaat. Tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi dunia.
“Ada peran media untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, tentang kerja dan manfaat Presidensi G20 Indonesia,” ungkap Djani dalam keterangan tertulis, Jumat (25/2/2022).
Ia berharap media dapat melakukan pendekatan intermestik untuk amplifikasi Presidensi G20 terutama menggaungkan sektor-sektor prioritas Presidensi G20 kepada masyarakat domestik dan internasional.
Seperti yang diketahui bersama, rangkaian pertemuan dalam presidensi Indonesia ini akan berpuncak pada KTT Balik pada 15-16 November 2022 nanti.
Djani menjelaskan Presidensi Indonesia kali ini mengusung tema ‘Recover Together Recover Stronger’ dengan visi pemulihan bersama untuk seluruh pihak, tidak hanya anggota G20. Menurutnya, tema ini didorong dari kompleksitas kondisi dunia akibat pandemi COVID-19 yang menciptakan krisis multi-dimensional di banyak negara.
Dunia saat ini masih bergulat dengan berbagai masalah ketimpangan vaksin dan vaksinasi, di sisi lagi juga terjadi ketegangan politik dan rivalitas ekonomi yang terus meningkat
Di kesempatan ini, Djani sempat menyinggung data IMF pada tahun 2021 dan 2022 yang mencatat tren positif pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan ini sangat rentan karena masalah pandemi yang belum kunjung selesai
Oleh karena itu, ia menegaskan Presidensi G20 Indonesia berada pada masa yang krusial. Sehingga, Presidensi Indonesia harus memainkan peran sebagai bridge builder dan consensus seeker dalam rangka menciptakan kolaborasi dan hasil konkret.
Djani menyebutkan salah satu cara untuk mencapai hasil tersebut adalah dengan mengedepankan prinsip inklusif. Ia mengungkap Presidensi Indonesia pun mengundang negara-negara kawasan Pasifik dan Karibia yang selama ini kurang didengar.
Negara-negara tersebut diajak untuk ikut berkontribusi aktif terhadap isu-isu global dalam G20. Tak hanya itu, Indonesia juga mendorong pembahasan isu-isu strategis di banyak negara berkembang. Mulai dari pemberdayaan perempuan, kaum difabel, UMKM, hingga sektor ekonomi kreatif.
Dalam hal hasil konkret, lanjutnya, Presidensi Indonesia sedang mengupayakan berbagai inisiatif berupa proyek kerja sama, beasiswa, pendanaan, transfer teknologi, hingga kolaborasi capacity building.
“Kita tidak hanya bernarasi, tapi berikan hasil yang bisa dirasakan oleh the common people,” tegasnya.
Djani berharap masyarakat Indonesia akan dapat menimba hasil nyata dari Presidensi G20. Tercatat ada 184 kegiatan utama presidensi serta sekitar 254 acara kegiatan side events dan Road-to-G20 yang tersebar di berbagai kota.
Ia menilai perhelatan G20 ini akan dapat memberikan efek multiplier kepada ekonomi masyarakat dan lokal. Khususnya di sektor hospitality, akomodasi, transportasi, makanan dan minum, perusahaan jasa, hingga UMKM.
Menimbang masifnya kerja Presidensi G20 Indonesia, ia pun menekankan perlunya dukungan semua pihak dalam gelaran ini. Baik dari komunitas profesional, bisnis, pemuda, hingga kalangan media.
Sebagai informasi, G20 adalah forum internasional yang fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. Anggota-anggota G20 terdiri atas 19 negara dan 1 kawasan, yaitu Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Republik Korea, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. (girbok/rls/kemenlu)
GIPHY App Key not set. Please check settings