Yogyakarta | Gerakan Masyarakat Gotong Royong Melawan Intoleransi ( Gemayomi ) melaksanakan sarasehan Jogja melawan Intoleransi Jumat, 12/08/2022 di Joglo Cemara Jl. Cemara Sidoagung Godean Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
Acara yang dimoderatori oleh Dr. Subkhi Ridho mengundang berbagai komunitas, organ, lembaga, perkumpulan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta seperti SIV ASYB ( Satu Indonesia Voice Alumni SMA Yogya Bersatu ), Tentara Langit, Kebaya Metal, Masyarakat Indonesia Maju, Pemuda Katholik. GAMKI, MUKI, Sarang Lidi, dll
Prof. Drs. M. Mukhtar Syamsudin, M. Hum., PH.D of Arts yang juga Ketua Gemayomi dan Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY 2019-2021 menyampaikan kronologi yang banyaknya kejadian intoleransi di DIY yang mengawali terbentuknya Gemayomi. Cara efektif mengurangi Intoleransi bagi pejabat publik yang melanggar aturan harus ada sangsi. Membangun kesadaran toleransi melalui pendidikan moral Pancasila sangat penting dan wajib dilakukan.
Dr. Zuly Qodir Dosen UMY, UNY, UII dan beberapa kampus lain serta Ketua FKPT DIY 2021 sampai sekarang membedah nilai nilai keislaman di kampus kampus, gerakan gerakan radikal Islam melalui kampus berlangsung secara masif utamanya jelang pilpres. Mayoritas jangan diam karena menjadi beban bagi bangsa ini dalam melawan gerakan intoleransi, mayoritas toleran tidak boleh mentolerir intoleransi. Watak asli orang beragama di Indonesia adalah moderat dengan pengertian yang benar sesuai keyakinannya masing masing dan tidak bertentangan dengan keyakinan yang lain.
Esti Wijayati DPR RI FPDI Perjuangan Pembina Gemayomi menyebut kasus intoleransi tidak terjadi baru baru ini saja, tetapi telah berlangsung cukup lama dan mayoritas banyak yang memilih diam terhadap kejadian intoleransi pengrusakan tempat ibadah di beberapa lokasi, Gemayomi konsen memediasi dan mengadvokasi banyak kejadian intoleransi baik di DIY dan daerah lain di seluruh Indonesia, termasuk kurikulum pendidikan di Indonesia.
Banyaknya pejabat publik yang masih mendua hati karena takutnya kehilangan pemilih memilih diam dalam upaya melawan intoleransi, lebih parah lagi ikut menfasilitasi tindakan intoleransi memakai anggaran negara dengan kebijakan yang membuat menjamurnya intoleransi. Sangsi terukur wajib dikenakan kepada pejabat publik yang terbukti mendukung intoleransi tanpa pandang bulu
Yuliani dari Sarang Lidi selaku pendamping yang mengawal langsung pemaksaan pemakaian jilbab di sekolah membuktikan tindakan intoleransi yang sangat mengguncang dunia pendidikan kita. Perlu kesatuan seluruh masyarakat untuk melawan tindakan intoleransi yang ada agar tidak berulang kembali. Ancaman dari berbagai oknum sangat membuat tidak nyaman bagi korban dan pendamping sangat mengoyak keberagaman dan kecintaan dan persatuan Indonesia.
Agenda Sarasahen dilakukan selain on-site di Joglo Cemara juga melalui You Tube live streaming. (Herman)
GIPHY App Key not set. Please check settings