Jakarta | Indonesia sebelumnya begantungimpor gas melalui Singapura dan TImur Tengah. Namun tercata Indonesia mulai melakukan impor LNG dari Amerika Serikat sebesar 3.269 juta kaki kubik (million cubic feet) pada 2021.
US Energy Information Administration (EIA) mempublikasikan laporan ekspor gas dari negara tersebut sepanjang 2019 – 2021. Dari publikasi tersebut diketahui RI mulai mengimpor gas dari AS sejak September 2021.
Impor yang terjadi dengan perincian 1.118 juta kaki kubik pada September, 447 juta kaki kubik (Oktober), 456 juta (November) dan 1.218 juta kaki kubik pada Desember 2021.
Padahal sebelumnya Indonesia belum pernah melakukan impor dari negara tersebut, umumnya hanya dari terminal Singapura dan Timur Tengah.
Impor komoditas ini diduga merupakan buah dari Sales and Purchase Agreement (SPA) antara anak usaha Cheniere Energy, Inc yakni Corpus Christi Liquefaction, LLC dengan PT Pertamina (Persero) pada 2015.
Secara keseluruhan, Pertamina setuju untuk membeli sekitar 1,52 juta ton per tahun (mtpa). SPA tersebut memiliki jangka waktu 20 tahun sejak tanggal pengiriman pertama. Dalam perkembangannya, kedua perusahaan melakukan kontrak pembelian pada 2019.
“SPA ini mewakili volume LNG tambahan yang dikontrakkan dengan Pertamina di Proyek Pencairan Corpus Christi kami,” kata CEO Cheniere Energi Charif Souki pada 2015.
“Kami berharap dapat memasok LNG ke Indonesia saat negara ini beralih ke pengimpor LNG untuk memenuhi kebutuhan energi mereka yang terus meningkat,” ujarnya dikutip gasprocessingnews.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor migas sepanjang 2021 mencapai US$196,20 miliar atau setara US$2.805 triliun (kurs Rp14.300 per dolar AS). Capaian ini meningkat 38,59 persen dibandingkan 2020 dengan nilai impor US$141,57 miliar atau setara Rp2.024 triliun. Kenaikan harga migas pada tahun ini berpotensi memperbesar biaya impor komoditas energi tersebut. (girbok/Bisnis)
GIPHY App Key not set. Please check settings