Jakarta | Forum Civil 20 (C20) yang merupakan bagian dari pertemuan G20, menjadi kesempatan penting untuk mengakselerasi kepentingan berbagai negara di dunia. Bahkan, gelaran itu mengakomodir kepentingan negara di luar anggota G20.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto, dalam C20 Kick-Off Meeting & Ceremony secara virtual, Senin (7/3/2022).
Menko Airlangga juga menyebut, C20 memiliki peran vital dalam menghadapi banyaknya tantangan global. Terutama isu perubahan iklim dan ketidakstabilan geopolitis yang terjadi saat ini. Dia berharap, dengan gelaran C20, berbagai hal itu bisa diantisipasi ke depannya.
“Berhasilnya Presidensi G20 kita itu adalah hasil kontribusi dari para delegasi, saya menyambut baik C20 ini yang akan membahas pemberian akses terhadap vaksin, keadilan lingkungan, sustainable development goals (SDG) dan humanitarian yang memberikan akses merata terhadap pendidikan, keadilan gender, anti korupsi dan keuangan dan pajak yang berkelanjutan,” ujar Airlangga.
Airlangga optimistis seiring dengan perkembangan penanganan COVID-19 dan pertumbuhan ekonomi, Indonesia dan negara lainnya mampu bangkit dari dampak negatif pandemi. Bahkan, Indonesia tak hanya bergantung pada pariwisata.
“Kita harap cahaya di akhir pandemi akan semakin terang, saya yakin demikian, banyak modal yang yang untuk ditawarkan ke dunia. Selain pariwisata, reformasi struktural telah membuat indonesia menandai pertumbuhannya dari atas rata-rata pertumbuhan global,” kata Airlangga.
Dengan tantangan ke depan, lanjut Airlangga, pihaknya masih terus mendorong masyarakat untuk menyesuaikan kegiatannya, ini berkaitan dengan transisi energi ke energi bersih.
“Saya membuka ruang untuk saran-saran dari C20, bagaimana kita lampaui batas dan tawarkan pendekatan baru untuk situasi yang dihubungi dunia, saya nantikan masukan ide-ide kontribusi untuk pemulihan global,” ujar Airlangga.
Masyarakat Sipil (Civil 20/C20) Indonesia merangkul dan mendengarkan aspirasi sipil dunia lewat pertemuan C20 bertema “Listening to the World” di Bali pada 7-9 Maret 2022.
Tema tersebut dipilih sebagai komitmen masyarakat sipil Indonesia untuk mendengar aspirasi masyarakat sipil dunia dalam menjalankan mandat C20 dalam Presidensi G20 Indonesia 2022.
“Sesuai dengan mandat Presiden Joko Widodo, bahwa Presidensi G20 Indonesia harus mengusung semangat solidaritas dan inklusifitas, juga menjadikan posisi kita sebagai perwakilan negara berkembang dan turut mendengar aspirasi negara-negara miskin dalam proses pembuatan kebijakan dalam G20,” ujar Ketua C20 Indonesia Sugeng Bahagijo.
Pertemuan itu akan menyoroti isu-isu global, mulai dari kemanusiaan, pembangunan, pajak global, transisi energi hingga isu perempuan dan kelompok rentan dan marjinal, dalam sejumlah sesi presentasi dan dialog.
Acara itu akan dibuka oleh Presiden RI, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif.
Pertemuan tersebut akan dilaksanakan secara luring di Hotel Conrad Nusa Dua, Bali dan secara luring untuk membuka banyak partisipasi dari Civil Society Organisations (CSOs) dari seluruh dunia.
Hingga saat ini sudah lebih dari 100 CSOs dari lebih dari 30 negara yang telah mendaftar. Acara itu juga akan diikuti oleh perwakilan CSOs internasional yang masuk dalam struktur C20, seperti dari Troika C20 Italia dan India.
Pertemuan tersebut, juga menjadi momentum pergerakan besar dari organisasi masyarakat sipil dalam menyeimbangkan proses pembuatan kebijakan dalam G20.
“Sudah saatnya CSOs sedunia memperkuat kontribusinya dalam reformasi kebijakan global melalui forum-forum multilateral, khususnya forum G20,” ujar Ah Maftuchan, Sherpa C20 Indonesia.
Sejarah, kata dia, membuktikan bahwa organisasi masyarakat sipil di berbagai negara telah berperan penting dalam menentukan arah kebijakan domestik dan global.
Ia mengatakan C20 siap berkolaborasi dengan pemerintah anggota G20 dan non-G20, serta pihak-pihak lain untuk memajukan kebijakan global yang berpihak pada masyarakat luas, berkeadilan dan berkelanjutan.
“Pandemi COVID-19 mengajari kita pentingnya kolaborasi multipihak, multisektor. Mari bangkit bersama dan bangkit lebih kuat,” kata Maftuchan.
Sumber infopublik.id
GIPHY App Key not set. Please check settings