Yogyakarta – Kabar membanggakan kali ini dari Bandara Internasional Yogyakarta, Kulon Progo (YIA) satu-satunya bandara di Indonesia yang meraih sertifikat “Gold” Greenship dari Green Building Council Indonesia (GBCI)
Direktur Utama Angkasa Pura Airports Faik Fahmi, dalam rilis pers Kamis (5/8) mengatakan, Pencapaian ini sekaligus memperkuat misi Angkasa Pura Airportsdalam menghadirkan sarana dan prasarana perhubungan yang berkontribusi positif kepada lingkungan hidup secara berkelanjutan. Kami merasa sangat bangga dengan raihan ini dan berharap YIA dapat menjadi contoh bagi pembangunan bandara dengan konsep hijau dan ramah lingkungan untuk generasi Indonesia dimasa mendatang.
Penilaian dan persyaratan hingga layak disebut green building berdasarkan pada aspek-aspek seperti efisiensi dan penghematan energi (efficiency and conservation), penghematan air (water conservation), pengembangan lokasi gedung (appropriate site development), siklus dan sumber daya material (material resource and cycle), kenyamanan dan kesehatan gedung (indoor health comfort), dan pengelolaan lingkungan gedung (building environmental management).
Pengajuan pernyataan minat dilakukan pada 20 Februari 2019, proses penilaian dilakukan selama kurang lebih 22 bulan yang terdiri dari Proses workshop pada 11 Desember 2019, proses verifikasi lapangan (remote on site verification) pada 24-26 Oktober 2020, serta proses sidang final assessment pada 17 Desember 2020 yang dilaksanakan secara virtual bersama Greenship Professional dan Green Team dari GBCI.
Dalam kegiatan operasionalnya, YIA didukung berbagai perangkat utilitas yang mendukung konsep ramah lingkungan seperti penggunaan lampu LED, elevator, lift dan travelator yang menggunakan fitur sleep mode, sanitair dengan fitur dual flush and auto faucet, serta penggunaan kaca bangunan Sunergy Green yang mampu merefleksikan sinar matahari dengan baik dan mendukung efisiensi penggunaan pendingin ruangan di dalam area terminal.
YIA juga didukung dengan fasilitas stormwater management kawasan di mana berfungsi untuk menangkap, mengumpulkan, mengolah, meresapkan air limpasan hujan untuk digunakan sebagai sumber air alternatif yang mendukung keperluan operasional bandara.
Atas berbagai upaya ini, YIA telah berhasil mencapai penghematan penggunaan listrik hingga 25,15% atau 119,21 kWh/m2/tahun, penghematan air hingga 53,01% atau 16,68 liter/orang/hari dan didukung oleh area hijau hingga 19.84% atau 26.589,3 meter persegi.
“Ini setara dengan penghematan biaya listrik sebesar Rp16,8 miliar per tahun dengan asumsi biaya listrik Rp1.065,78/kWh, penghematan biaya air sebesar Rp6,46 miliar per tahun dengan asumsi biaya air PDAM Rp15.000 per meter kubik dan mampu mengurangi emisi karbon hingga 14.093 ton per tahun,” jelas Faik Fahmi.
YIA pun dirancang dengan gaya modern, namun secara interior dan eksterior tetap bergaya Yogyakarta. Hal ini dilihat dari instalasi karya seni (artwork) yang melibatkan berbagai seniman lokal Yogyakarta, serta beragam area yang telah didesain secara khusus untuk menjadi etalase Yogyakarta, Kulon Progo, dan sekitarnya.
YIA dibangun dengan investasi dana sebesar Rp11,3 triliun, di mana Rp7,1 triliun digunakan untuk pembangunan fisik dan Rp4,2 triliun untuk pembebasan lahan. Dengan luas terminal sebesar 219.000 meter persegi dan total luas area bandara mencapai 587 hektar, menjadikan YIA sebagai salah satu bandara terbesar di Indonesia dengan kapasitas saat ini dapat menampung hingga 20 juta penumpang per tahun atau 11 kali lebih besar dari Bandara Adisutjipto yang hanya dapat menampung 1,6 juta penumpang per tahun. Pada kapasitas ultimate, YIA nantinya dapat menampung hingga 24 juta orang per tahun. (girbok/koran.jakarta)
GIPHY App Key not set. Please check settings