in

Mangut Kepala Manyun, Kuliner Khas Pantura Di Bantul

Seorang pengunjung tengah menikmati menu adalan Warung Sambel Panggang, yakni mangut kepala manyung. (Foto:Istimewa)

Yogyakarta | Berlokasi di Jalan Krapyak Wetan Nomor 25, Panggungharjo, sebuah warung mini, menjadi rujukan kuliner khas pantura. Warung ini bernama Warung Sambel Panggang yang mempunyai menu beragam seperti nasi mangut iwak pe, ikan bandeng hingga yang paling khas yaitu mangut kepala manyung.

“Rasanya khas, dagingnya kenyal, bumbunya pedas gurih. Mantap,” ungkap penikmat menu mangut kepala manyung Nuzul Febri sembari mencicipi makanan khas pantura di lokasi, kemarin (10/9).

Nuzul yang berasal dari wilayah Pantura ini ketika rindu dengan kuliner pantura bila tidak pulang ke kampungnya di Pati, ia mendatangi lokasi ini. “Selain menikmati kuliner, juga menambah teman sama-sama dari wilayah Pantura,” bebernya.

Menurutnya, rempah dari kuah mangut menjadi cita rasa tersendiri. Pedasnya nampol cocok bagi penikmat kuliner pedas. Rempahnya terasa hangat dan berasa ingin nambah. Apalagi kepala ikan manyung diolah dengan cara pengasapan. Menambah aroma dan gairah makan.

Mangut ikan mancung ini semakin nikmat disantap dengan nasi hangat, kerupuk dan dilumuri kecap manis, bagi yang suka manis. Ditambah lalapan kemangi maupun mentimun dan minumannya es teh manis. Harganya relatif murah. Untuk menu mangut kepala ikan mancung berukuran kecil atau sekepal tangan harganya Rp 15 ribu. Ukuran sedang atau setangkup tangan Rp 25 ribu. Dan ukuruan jum Rp 35 ribu tanpa nasi. Komplitnya, Rp 50 bisa dinikmati untuk dua orang.

Feri Taufik, 25, pemilik warung mengatakan, harga ini terbilang murah dari harga sebenarnya yang biasa dijual di Pantura. Sebab, ikannya fresh dari nelayan pantura. Di beli langsung dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Selanjutnya dilakukan pengasapan hingga matang dan dikirim ke Jogja. Dan dimasak dengan resep turunan dari keluarganya, yang juga mengembangkan bisnis kuliner ini.”Ini paling disukai. Tetapi, kadang kala stok kepala ikannya terbatas, tergantung dari hasil tangkap nelayan,” katanya.

Selain mangut ikan manyung, dia juga menyediakan makanan keseharian wilayah pantura. Seperti sayur bening segar, bacem-baceman hingga menu geprek.  Dikatakan, relatif harganya terjangkau. “Karena berlokasi di wilayah pesantren, pelangganya paling banyak ya warga pondok pesantren. Tidak hanya dari pantura tetapi dari wilayah lainnya,” terangnya.

Feri yang juga penulis buku ini hendak memperluas usahanya. Dalam waktu dekat hendak membuka cabang di Kabupaten Sleman. Sebab, menurutnya banyak dukungan dari pelanggan-pelanggannya khususnya warga pantura agar membuka beberapa cabang. “Mudah-mudahan terlaksana,” harapnya.

Sumber. jawapos.com

What do you think?

100 Points
Upvote Downvote

Written by GirBok

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Banyuwangi, Etalase Ekonomi Kreatif Terbaik Di Indonesia

Pesantren dan Ekonomi Syariah Berpotensi Majukan Ekonomi Nasional